Dinamika
Kependudukan Indonesia adalah perubahan yang terjadi pada perubahan jumlah
suatu pendidik di wilayah tertentu di Indonesia yang disebabkan oleh angka
kelahiran (nartalitas, kematian (mortalitas), dan perpindahan (migrasi) (Tim
Kemdikbud, 2017, hlm. 38). Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia yang
sangat besar. Jumlah populasi penduduk Indonesia mencapai 271,7 juta jiwa
(WPDS, 2020). Hal tersebut disebabkan oleh dinamika kependudukan.
Memaksimalkan
sumber daya manusia yang ada sangatlah penting untuk memastikan semua
penduduknya mendapatkan kesejahteraan yang pastinya selalu didambakan oleh
semua populasi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui dinamika
kependudukan Indonesia.
Indonesia
memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Berdasarkan Data Kependudukan Dunia
tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia menempati urutan keempat di dunia setelah
Cina (1.372 juta jiwa), India (1.314 juta jiwa), dan Amerika Serikat (321 juta
jiwa). Jumlah penduduk Indonesia mencapai 256 juta jiwa. Bahkan pada tahun 2020
jumlah penduduk di Indonesia bertambah menjadi 271,7 juta jiwa (WPDS, 2020).
Berikut adalah
Peringkat Jumlah Penduduk di Dunia pada tahun 2020
Peringkat |
Nama Negara |
Penduduk (Juta
Jiwa) |
1 |
Cina |
1402,1 |
2 |
India |
1400,1 |
3 |
Amerika Serikat |
329,9 |
4 |
Indonesia |
271,7 |
(WPDS, 2020)
Namun,
jumlah penduduk yang tinggi memiliki kelebihan dan kekurangan. Di satu sisi hal
ini dapat menjadi keuntungan bagi Indonesia dengan jumlah penduduk usia
produktif yang berlimpah. Namun di sisi lain justru malah bisa menjadi kerugian
apabila jumlah penduduk yang besar itu memiliki kualitas yang rendah, dilihat
dari pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Tanpa diimbangi dengan peningkatan kualitas, jumlah penduduk yang meningkat justru dapat membawa kesengsaraan. Apalagi jika persebarannya juga tidak merata dan menumpuk di satu wilayah saja. Kesenjangan ekonomi juga akan mengiri.
2. Persebaran Penduduk
Distribusi
Penduduk atau persebaran penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu
wilayah atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak (Tim
Kemdikbud, 2017, hlm. 39). Persebaran penduduk dapat dikenali dari kepadatan
penduduk. Kepadatan penduduk merupakan indikator atau tanda adanya perbedaan
sumber daya yang dimiliki suatu wilayah.
Wilayah yang
memiliki sumber daya yang lebih baik, baik sumber daya fisik, alam, maupun
manusianya, akan cenderung lebih dipadati oleh penduduk. Kepadatan penduduk
juga memberikan informasi berharga kepada pemerintah mengenai pemerataan
pembangunan. Wilayah yang penduduknya jarang menunjukkan pembangunan belum
sampai dengan merata ke wilayah tersebut atau wilayah lainnya.
Sayangnya,
persebaran penduduk di Indonesia masih kurang merata. Hal ini ditunjukkan
dengan wilayah yang masih sedikit penduduknya seperti Papua yang kepadatan
penduduk rata-ratanya hanya 4 jiwa per kilometer persegi. Sementara itu pulau
Jawa kepadatan penduduknya mencapai 945 jiwa per kilometer persegi.
Bahkan pulau-pulau lain di Indonesia yang memiliki luas berkali lipat dari pulau Jawa jika dijumlahkan seluruh penduduknya tidak akan mencapai jumlah penduduk yang tinggal di Pulau Jawa. Kondisi persebaran penduduk yang tidak merata indikasi dan masalah dan penghambat pelaksanaan pembangunan.
a. Penyebab Tidak Meratanya Persebaran Penduduk Indonesia
Pulau Jawa adalah
daerah yang sangat subur dan telah lama berkembang dengan pertanian
tradisional. Pada masa lalu, masyarakat masih mengembangkan pola ekonomi
tradisional berupa pertanian. Lokasi Pulau Jawa yang sebagian besar wilayahnya
mudah terjangkau menjadi salah satu penyebab persebaran penduduk di Pulau Jawa
terus terjadi.
Selain itu, Pulau Jawa juga merupakan pusat perkembangan politik pada masa pengaruh Hindu, Buddha, Islam, dan masa penjajahan. Bahkan saat ini juga pusat pemerintahan (Jakarta) berada di Pulau Jawa, kota-kota besar Indonesia lainnya juga kebanyakan berada di Pulau Jawa. Tidak mengherankan apabila masyarakat Indonesia lebih memilih tinggal atau berpindah ke Pulau Jawa karena sarana dan prasarana di Pulau Jawa lebih lengkap dari wilayah lainnya di Indonesia.
b. Cara Memeratakan Persebaran Penduduk Indonesia
Oleh karena itu
perlu dilakukan upaya pemerataan penduduk agar menjadi seimbang, sehingga
potensi penduduk Indonesia dapat dikembangkan secara optimal. Salah satu cara
untuk memeratakan jumlah penduduk di Indonesia adalah melalui perpindahan
penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya.
Perpindahan penduduk tersebut tentu dapat dilakukan dengan keinginan sendiri, yakni dengan melakukan pembangunan infrastruktur di daerah-daerah yang masih sepi. Bisa juga melalui program pemerintah, seperti program transmigrasi yang menawarkan lahan dan bantuan lain bagi masyarakat yang bersedia berpindah ke daerah yang lebih jarang penduduknya.
3. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk
adalah pengelompokan penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, mata
pencaharian, agama, bahasa, pendidikan, tempat tinggal, jenis pekerjaan, dan lain-lain
(Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 42). Data dan analisis terhadap komposisi penduduk
diperlukan dalam suatu negara karena dapat dijadikan dasar pengambilan
keputusan ataupun penentuan kebijaksanaan dalam pelaksanaan pembangunan.
Salah satu contohnya adalah kenyataan bahwa setiap penduduk pasti memiliki usia dan jenis kelamin yang berbeda, sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda pula. Berdasarkan informasi tersebut pemerintah dapat menyusun strategi dan kebijakan yang tepat dalam memaksimalkan potensinya komposisi penduduk yang dimilikinya.
a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
Komposisi penduduk
berdasarkan umur atau usia dapat dibuat dalam bentuk usia tunggal, seperti 0,
1, 2, 3, 4, sampai 60 tahun atau lebih. Selain itu komposisi penduduk dapat
juga dibuat berdasarkan interval usia tertentu, seperti:
1.
0–5 tahun (usia balita),
2.
6–12 tahun (usia SD),
3.
13–15 tahun (usia SMP),
4.
16–18 (usia SMA),
5.
19–24 tahun (usia Perguruan Tinggi),
6.
25–60 tahun (usia dewasa), dan
7.
>60 tahun (usia lanjut).
Komposisi penduduk juga dapat dibuat berdasarkan usia produktif dan usia nonproduktif, misalnya: usia 0–14 (usia belum produktif), 15–64 (usia produktif), dan usia >65 (tidak produktif)
b. Permasalahan Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
Berbagai
permasalahan komposisi penduduk dapat muncul sebagai akibat dari tidak
meratanya komposisi usia. Permasalahan dalam komposisi penduduk berdasarkan
usia dapat terjadi apabila jumlah penduduk dengan usia di bawah 15 tahun dan
usia di atas 65 tahun jumlahnya lebih besar jika dibandingkan usia produktif,
yakni 15 hingga 65 tahun.
Mengapa? Karena hal tersebut dapat menyebabkan penduduk usia produktif kewalahan untuk menanggung hidup seluruh penduduk usia nonproduktif. Sebaliknya, semakin kecil angka usia nonproduktif atau biasa disebut dengan angka ketergantungan, maka semakin kecil pula beban usia produktif dalam menopang kehidupan penduduk nonproduktif.
c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk
berdasarkan jenis kelamin juga penting untuk diketahui, karena dapat digunakan
dalam menghitung angka perbandingan jenis kelamin (sex ratio).
Perbandingan tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan bentuk pemberdayaan
penduduk sebagai sumber daya manusia agar sesuai dengan karakteristiknya.
Bentuk pemberdayaan
tersebut misalnya berkenaan dengan pekerjaan, tanggung jawab, serta bentuk
pengembangan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan
penduduk. Hal tersebut terjadi karena jenis kelamin yang berbeda biasanya
memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda pula, bukan berarti tidak sama
tingkatnya.
Pada zaman dulu,
kaum laki-laki lebih dominan dalam bekerja dan mempertahankan diri. Alasannya
adalah karena teknologi yang belum canggih, sehingga hanya penduduk yang
memiliki tenaga dan kemampuan fisik yang kuat yang dapat bekerja melalui
pekerjaan kasar.
Hal tersebut karena
pada dasarnya kebanyakan laki-laki memiliki fisik dan tenaga yang lebih besar
jika dibandingkan dengan perempuan. Akan tetapi, setelah teknologi berkembang
dengan pesat pada zaman modern, perempuan memiliki lebih banyak kesempatan
untuk bekerja.
Selain itu, pada zaman dahulu sempat terjadi miskonsepsi mengenai peran wanita dalam dunia kerja. Hanya karena fisiknya, banyak yang menganggap wanita tidak dapat mengerjakan pekerjaan pria. Namun hal tersebut kini sudah mulai memudar sejalan dengan berkembangnya prinsip emansipasi wanita pula. Pada kenyataannya, saat ini hampir seluruh jenis pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh kaum laki-laki dapat dikerjakan oleh kaum perempuan pula.
4. Pertumbuhan dan Kualitas Penduduk
Pertumbuhan penduduk
adalah keseimbangan dinamis antara kekuatan yang menambah dan kekuatan yang
mengurangi jumlah penduduk (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 43). Ada tiga faktor yang
memengaruhi pertumbuhan penduduk, yakni: kelahiran, kematian, dan migrasi.
Kelahiran
dan kematian termasuk faktor alami, sedangkan migrasi disebut faktor nonalami.
Kelahiran bersifat menambah, sedangkan kematian bersifat mengurangi jumlah
penduduk. Sementara itu, migrasi dapat bersifat menambah atau mengurangi.
Migrasi yang bersifat menambah disebut imigrasi atau migrasi
masuk, sedangkan migrasi yang bersifat mengurangi disebut emigrasi atau
migrasi keluar.
Tingkat
pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk dalam kategori sedang. Pada periode
2010-2014, angka pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,40% per tahun. Untuk
menurunkan tingkat pertumbuhan yang tinggi, pemerintah Indonesia melaksanakan
program Keluarga Berencana (KB). Melalui program KB, penduduk Indonesia telah
mengalami penurunan dari yang awalnya 2,31% pada periode 1971-1980 menjadi
1,49% pada periode 1990-2000-an.
Struktur penduduk Indonesia lebih banyak pada penduduk usia muda. Hal ini diakibatkan oleh masih tingginya tingkat kelahiran. Persentase penduduk usia 0 – 14 tahun pada tahun 1980 mencapai 40,3% dan pada tahun 1985 sedikit menurun menjadi 39,%. Jumlah penduduk usia muda ini turun lagi hingga 37,7% – 34% pada tahun 2000-an.
5. Dampak Pertumbuhan Penduduk yang cepat
Menurut
Tim Kemdikbud (2017, hlm. 44) pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat dapat
menyebabkan beberapa hal berikut ini.
1.
Pertumbuhan penduduk usia muda yang cepat menyebabkan tingginya
angka pengangguran.
2.
Persebaran penduduk tidak merata.
3.
Komposisi penduduk kurang menguntungkan karena banyaknya
penduduk usia muda yang belum produktif sehingga beban ketergantungan tinggi.
4.
Arus urbanisasi tinggi, sebab kota lebih banyak menyediakan
lapangan kerja.
5.
Menurunnya kualitas dan tingkat kesejahteraan penduduk.
a.
Permasalahan Kualitas Penduduk
di Indonesia
Permasalahan
kualitas penduduk di Indonesia pada umumnya masih bernaung pada siklus
pendidikan, sumber daya manusia, dan pendapatan. Ketiga aspek tersebut saling
berhubungan satu sama lain. Sederhananya, pendidikan akan menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas, saat seseorang memiliki sumber daya tinggi maka
ia juga akan memiliki pendapatan yang tinggi.
b.
Sumber Daya Manusia, Pendidikan
& Pendapatan
Masalah
kependudukan Indonesia dalam hal kualitas adalah masalah pada kemampuan sumber
daya manusianya. Hal tersebut dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat
pendidikan dan kesejahteraan yang kemudian berpengaruh pada pendapatan per
kapita masyarakat tersebut.
Rendahnya
pendapatan perkapita pada masyarakat dapat menyebabkan orang tua tidak mampu
menyekolahkan anaknya, sehingga banyak anak yang putus sekolah atau berhenti
sekolah sebelum tamat. Hal ini akan terus berulang dalam siklus yang sama jika
tidak dilakukan perbaikan.
Pemerintah
Indonesia telah berusaha keras untuk meningkatkan mutu pendidikan penduduk
melalui berbagai program. Program pemerintah di bidang pendidikan tersebut
meliputi program beasiswa, adanya bantuan operasional sekolah (BOS), program
wajib belajar, dan sebagainya.
Meskipun begitu, karena banyaknya hambatan yang dialami, hingga saat ini tingkat pendidikan bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini menjadi bahan evaluasi bagi kita semua baik dari sisi pemerintah maupun dari sisi masyarakat untuk terus berusaha memperbaikinya.
6. Tingkat Kesehatan Penduduk
Tingkat
kesehatan juga merupakan salah satu penentu dari kualitas penduduk. Keadaan
tingkat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari besarnya angka kematian bayi
dan usia harapan hidup penduduknya. Usia harapan hidup maksudnya adalah sampai
usia berapa kira-kira seseorang dapat bertahan hidup, misalnya ternyata
kebanyakan masyarakat suatu negara kebanyakan hanya dapat bertahan hidup hingga
umur 70-an.
Jika angka kematian bayi besar dan angka harapan hidup rendah, maka dapat dipastikan bahwa tingkat kesehatan di negara tersebut masih rendah. Pada negara maju, angka kematian bayi akan lebih kecil dan usia harapan hidupnya lebih tinggi.
a. Mata Pencaharian
Mata
pencaharian adalah salah satu dari beberapa tolok ukur kualitas penduduk. Pertambahan
penduduk yang tinggi berpotensi menyebabkan jumlah angkatan kerja meningkat.
Jika pertambahan itu tidak diimbangi dengan mata pencaharian yang memadai, maka
akan timbul masalah pengangguran.
Hal
ini kurang menguntungkan usaha pembangunan secara nasional karena golongan muda
kurang produktif tersebut merupakan beban. Masalah tenaga kerja dan kesempatan
kerja merupakan masalah yang harus ditangani secara serius karena sangat peka
terhadap ketahanan nasional.
Mayoritas penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, berbeda dengan di negara maju yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya berada di sektor Industri. Meskipun begitu, kini Indonesia juga tengah menghadapi perpindahan dari mata pencaharian utama bertani ke sektor industri.
b. Keragaman Etnik dan Budaya Masyarakat
Indonesia
terdiri dari masyarakat yang memiliki suku bangsa dan budaya yang sangat
beragam. Istilah “suku bangsa” sering juga disebut dengan “etnik”. Menurut
Koentjaraningrat (dalam Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 46) suku bangsa adalah
sekelompok manusia yang mempunyai kesatuan budaya dan terikat oleh kesadaran
budaya tersebut, sehingga menjadi identitas.
Kesadaran dan
identitas suku bangsa biasanya dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Jadi, suku
bangsa adalah gabungan sosial yang dibedakan dari golongan-golongan sosial
sebab mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal-usul
dan tempat asal serta kebudayaan.
Ciri-ciri suku
bangsa yakni memiliki kesamaan kebudayaan, bahasa, adat istiadat, dan nenek
moyang. Berkaitan dengan itu, ciri-ciri mendasar yang membedakan suku bangsa
satu dengan lainnya, antara lain bahasa daerah, adat istiadat, sistem
kekerabatan, kesenian daerah, dan tempat asal.
Keberagaman
bangsa Indonesia terbentuk oleh jumlah suku bangsa yang
mendiami berbagai lokasi yang tersebar. Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau
karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial atau budaya.
Menurut penelitian
Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilaksanakan tahun 2010, di Indonesia terdapat
1.128 suku bangsa. Antarsuku bangsa di Indonesia mempunyai berbagai perbedaan
dan itulah yang membentuk keanekaragaman di Indonesia.
Keragaman sosial dan
budaya Indonesia dipengaruhi faktor lingkungan. Masyarakat yang tinggal di
daerah pegunungan lebih banyak menggantungkan kehidupannya dari pertanian,
sehingga berkembang kehidupan sosial budaya masyarakat petani. Sementara itu,
daerah pantai akan memengaruhi masyarakatnya untuk menjadi nelayan dan
berkembanglah kehidupan sosial masyarakat nelayan.
Keragaman bangsa
Indonesia tampak pula dalam seni sebagai hasil kebudayaan daerah di Indonesia,
misalnya dalam bentuk tarian dan nyanyian. Hampir semua daerah atau suku bangsa
mempunyai tarian dan nyanyian yang berbeda. Begitu juga dalam hasil karya,
setiap daerah mempunyai hasil karya yang berbeda dan menjadi ciri khas
daerahnya masing-masing.
Keragaman budaya
Indonesia dapat diketahui melalui bentuk-bentuk pakaian adat, lagu daerah,
tarian daerah, rumah adat, upacara adat dan lain sebagainya.
c.
Rumah Adat
Indonesia kaya akan
budaya yang beraneka ragam dan tersebar di berbagai provinsi pada umumnya.
Salah satunya adalah rumah adat yang di setiap daerah memiliki keunikannya
masing-masing.
d.
Pakaian Adat
Pakaian adat
tradisional di Indonesia begitu banyak dan beragam, ini merupakan nilai-nilai
budaya Indonesia yang tak ternilai harganya.
e.
Tarian Daerah
Tari daerah di
berbagai daerah Indonesia memiliki ciri khasnya tersendiri. Tarian ini juga
biasanya memiliki makna dan simbol tertentu yang terkandung didalamnya.